Lebih Berbahaya Apa Vape atau Rokok? Ini Faktanya… Jakarta – Perdebatan soal mana yang lebih berbahaya antara vape (rokok elektrik) dan rokok konvensional masih menjadi topik panas di kalangan masyarakat, terutama di era milenial dan Gen Z yang kini banyak beralih ke vape. Rokok elektrik kerap dipromosikan sebagai alternatif yang “lebih aman”, tetapi benarkah klaim tersebut sepenuhnya akurat?
Untuk memahami dampaknya secara menyeluruh, mari kita ulas perbedaan, risiko kesehatan, dan fakta ilmiah yang menyelimuti dua produk tembakau ini.
Berbahaya Apa Itu Vape dan Rokok Konvensional?
Rokok Konvensional
Rokok konvensional membakar tembakau yang menghasilkan asap berisi tar, nikotin, dan lebih dari 7.000 bahan kimia, di mana banyak di antaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.
Vape (Rokok Elektrik)
Vape bekerja dengan cara memanaskan cairan (e-liquid) yang mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan zat perasa. Cairan ini menghasilkan uap, bukan asap. Karena tidak ada proses pembakaran, banyak yang menganggap vape lebih ‘ringan’ bagi paru-paru.
Berbahaya Fakta Ilmiah: Mana yang Lebih Berbahaya?
1. Kandungan Zat Berbahaya
- Rokok: Mengandung zat karsinogen, karbon monoksida, formaldehida, dan logam berat.
- Vape: Tidak mengandung tar, tapi tetap mengandung nikotin dan beberapa zat kimia lain yang dapat berubah menjadi beracun jika dipanaskan, seperti formaldehida.
“Vape memang mengandung lebih sedikit zat berbahaya dibanding rokok, tetapi bukan berarti bebas risiko,” ungkap WHO dalam laporan resminya.
2. Dampak Terhadap Paru-Paru
Penelitian menunjukkan, vape bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, gangguan paru-paru akut, dan peradangan, terutama jika digunakan dalam jangka panjang.
Rokok konvensional jelas telah terbukti memicu Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), kanker paru-paru, dan serangan jantung.
3. Ketergantungan Nikotin
Keduanya sama-sama mengandung nikotin, zat adiktif yang dapat menyebabkan ketergantungan. Bahkan, beberapa cairan vape mengandung kadar nikotin yang lebih tinggi dari rokok biasa.
4. Risiko pada Remaja
Vape lebih banyak digunakan oleh remaja karena dianggap modern dan ‘aman’. Namun penelitian menunjukkan, remaja pengguna vape lebih rentan beralih ke rokok tembakau dan mengalami gangguan kognitif jangka panjang.
Berbahaya Aksesori Lucu, Tapi Jangan Lengah
Banyak produk vape kini hadir dengan bentuk stylish dan aksesori lucu seperti skin warna-warni, gantungan karakter kartun, hingga flavor unik seperti bubble gum, cappuccino, atau semangka dingin. Meskipun tampilan dan rasa menggoda, kandungan di dalamnya tetap membawa risiko kesehatan.
“Vape dengan aroma manis bukan berarti lebih sehat. Justru itu membuat remaja lebih mudah tertarik,” kata Dr. Budi Santoso, spesialis paru.
Regulasi dan Sikap Pemerintah
Di Indonesia, vape sudah mulai diatur melalui cukai dan pengawasan BPOM. Namun, banyak produk ilegal yang tetap beredar bebas di pasaran. Pemerintah mendorong edukasi publik dan penguatan regulasi agar konsumsi rokok dan vape bisa ditekan.
Vape atau Rokok?
Baik vape maupun rokok sama-sama mengandung nikotin dan zat adiktif, meski kandungan racun dalam rokok tembakau cenderung lebih banyak. Namun, menyimpulkan bahwa vape adalah “aman” adalah mitos. Risiko jangka panjang dari vape belum sepenuhnya diketahui, dan tetap dapat membahayakan organ tubuh jika digunakan terus menerus.
Jika ditanya mana yang lebih berbahaya? Jawabannya: Keduanya sama-sama berdampak buruk bagi kesehatan. Yang terbaik adalah tidak menggunakan keduanya.