Ketegangan antara Pakistan dan India bukanlah hal baru. Kedua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir ini telah terlibat dalam beberapa konflik militer sejak kemerdekaan masing-masing dari Inggris pada tahun 1947. Persoalan utama yang terus menjadi pemicu adalah wilayah Kashmir, yang hingga kini masih menjadi titik konflik berdarah. Lalu, bagaimana jika konflik memanas dan berubah menjadi perang besar terbuka? Kita akan membahas secara panjang dan detail kekuatan militer Pakistan, dan sejauh mana negara tersebut siap jika harus berperang besar melawan India.
Kekuatan Militer Secara Umum: Pakistan vs India

Berdasarkan data Global Firepower 2024, India berada di peringkat ke-4 kekuatan militer dunia, sedangkan kekuatan militer Pakistan berada di posisi ke-9. Walau berbeda secara kuantitas dan anggaran, Pakistan memiliki keunggulan tersendiri di bidang taktik dan kesiapan operasional.
Komponen | India | Pakistan |
---|---|---|
Peringkat Dunia | 4 | 9 |
Anggaran Militer | USD 73 miliar | USD 10 miliar |
Personel Aktif | 1,45 juta | 654 ribu |
Tank Tempur | 4.800 unit | 3.800 unit |
Jet Tempur | 700+ (Su-30MKI, Rafale) | 400+ (JF-17, F-16) |
Kapal Perang | 295 unit | 114 unit |
Hulu Ledak Nuklir | 160 | 170 |
Keunggulan dan Strategi Militer Pakistan
Senjata Nuklir dan Doktrin “First Use”

Berbeda dengan India yang menerapkan doktrin “No First Use” (tidak akan menyerang lebih dulu), Pakistan secara terbuka menolak kebijakan ini. Ini berarti Pakistan tidak menutup kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir di awal konflik besar, terutama jika merasa kewalahan dalam perang konvensional.
Jet Tempur dan Sistem Pertahanan Udara
Pakistan memiliki kombinasi kekuatan udara dari:
- JF-17 Thunder (hasil kolaborasi dengan China), jet ringan multirole yang lincah dan murah operasionalnya.
- F-16 Fighting Falcon dari AS, yang telah dimodernisasi dengan sistem avionik terbaru.
- Sistem pertahanan udara HQ-9 dan radar AEW&C dari China yang memperkuat deteksi dan respons cepat terhadap ancaman udara.
Pasukan Khusus dan Perang Asimetris
Pakistan memiliki unit pasukan elit seperti SSG (Special Services Group) yang dikenal dengan keahlian dalam sabotase, operasi di belakang garis musuh, dan perang non-konvensional.
Dalam konflik terbatas seperti di Kashmir, Pakistan sering memanfaatkan pendekatan asimetris, termasuk menggunakan kelompok militan sebagai alat perang tidak langsung.
Kedekatan Strategis dengan China dan Turki
Dalam kondisi darurat, Pakistan kemungkinan akan mendapat dukungan logistik dan intelijen dari mitra strategis seperti China dan Turki, terutama dalam bentuk persenjataan canggih, drone tempur, dan bantuan satelit.
Tantangan Besar Pakistan Jika Terlibat Perang Total

Ketimpangan Anggaran dan Logistik
India memiliki anggaran militer tujuh kali lebih besar, yang berarti mampu membeli lebih banyak alutsista, bahan bakar, dan logistik untuk perang jangka panjang. Pakistan diprediksi akan kehabisan sumber daya lebih cepat dalam konflik terbuka.
Dominasi Udara dan Laut India
India memiliki lebih banyak jet tempur canggih seperti Rafale buatan Prancis, serta kapal induk dan kapal selam nuklir yang tidak dimiliki Pakistan. Ini memberi keunggulan besar dalam penguasaan ruang udara dan laut.
Blokade Ekonomi dan Tekanan Internasional
Jika perang berlangsung lama, India bisa memanfaatkan kekuatan diplomatik untuk menekan Pakistan secara ekonomi dan politik. Tekanan dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa bisa memengaruhi kelangsungan pasokan Pakistan.
Skenario Perang: Jika Konflik Membesar
Jika terjadi konflik besar:
- Pakistan kemungkinan besar akan mengadopsi strategi perang cepat (blitzkrieg) di perbatasan barat dan mencoba menekan India di wilayah Kashmir.
- Akan ada risiko serangan rudal balistik jarak menengah, terutama jika ada serangan langsung ke pusat militer utama.
- Jika India menyerang Islamabad atau situs nuklir Pakistan, maka respons nuklir bisa jadi dipertimbangkan secara serius oleh komando militer Pakistan.
Posisi dan Risiko bagi Asia Selatan
Perang besar antara India dan Pakistan bukan hanya ancaman bilateral, tapi juga risiko geopolitik regional. Negara-negara seperti China, Afghanistan, dan bahkan Rusia akan ikut terdampak secara ekonomi dan keamanan. Ribuan pengungsi bisa melintasi perbatasan, dan jalur perdagangan utama dunia di Samudra Hindia bisa terganggu.
Selain itu, keterlibatan senjata nuklir walau masih dalam taraf deterrent akan membawa risiko kehancuran massal yang tak terukur.
Pakistan Kuat tapi Perlu Bijak
Secara militer, Pakistan bukan negara lemah. Dengan kekuatan nuklir, jet tempur berpengalaman, dan pasukan elite yang tangguh, Pakistan bisa memberikan perlawanan serius dalam perang besar. Namun, ketimpangan anggaran dan skala kekuatan dibanding India membuat posisi Pakistan lebih defensif.
Dalam skenario perang modern, kemenangan bukan hanya ditentukan oleh jumlah senjata, tapi juga kemampuan bertahan, strategi intelijen, diplomasi internasional, dan kestabilan dalam negeri. Oleh karena itu, konflik terbuka bukan hanya akan menghancurkan satu negara, tapi bisa menyulut ketegangan global.
Perdamaian dan diplomasi tetap menjadi pilihan terbaik. Namun, jika diplomasi gagal dan perang pecah, dunia akan menyaksikan bagaimana kekuatan militer Pakistan diuji dalam medan paling ekstrem sepanjang sejarah modern Asia Selatan.